Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

PAGE 70 YANG HILANG TUTUP JAM TANGANMU, BUKAN WAKTUMU

Azan dzuhur berkumandang dari TOA pengeras suara masjid. Kaki melangkah menuju kamar kecil, kamar toilet, di situ ada keran air untuk mengambil air wudhu. Dengan cepat celana panjang warna hitam digulung, lengan baju batik disingsingkan agar tak basah saat air wudhu mengenai pergelangan tangan, siku tangan dan mata kaki. Jam tangan warna hitam dan sebagian warna perak kekunigan dilepas dan diletakkan di atas keramik bak air. Karena posisi meletakkan jam tangan terlalu meintil (terlalu pinggir) tanpa sengaja, jam tangan jatuh ke bawah tepat berada di atas lubang pipa tempat pembuangan air yagn tanpa penutup. Jam tangannya kuat tidak apa-apa, namun tutup jam tangan bagian belakangnya yang berbentuk bulat jatuh ke dalam pipa pembuangan air. Hati menjadi risau karena jam tangan ini hadiah pemberian dari istri. kalau ga ada tutup belakangnya, jam tangannya ga bisa dipakai. Berusaha menenangkan hati, sambil menghidupkan senter di hp dan mengarahkannya ke lubang pipa pembuangan air. Piringan

Page 69 Perjalanan ke Pontianak dan Pena Seribu Mata Pedang

Suatu hari akhir semester, setelah melewati masa ujian semester aku melakukan perjalanan mengelilingi kalimantan. Perjalanan darat lewat bus dan travel. Mulai Kota Banjarbaru, Gambut, Banjarmasin, Anjir Serapat, Memasuki Kalimantan Tengah, Kuala Kapuas, Pulang Pisau, Jabirin, Tumbang Nusa, Palangka Raya, Pundu, Sampit, Simpang Babi, Pembuang, Nangabulik,   Panopa, Tanjung Waringin, Betenung,   Naga Tayap, Pangkalan Suka, Sandai,   Randau, Kalam, Balai Berkuak, Ketapang, Sanggau, Sungai Ambawang, Lintang Batang, Kubu Raya Dan diujung perjalanan Kota Pontianak. Aku melakukan perjalanan darat ingin melihat bermacam keadaan kehidupan orang-orang, melihat rupa-rupa bangunan yang bermacam-macam dan melihat hamparan keindahan dan kekuasaan Tuhan di permukaan Bumi, melihat kelok-kelok sungai Kalimantan yang terkenal panjang dan bercabang cabang,   melihat tinggi bukit, hamparan hutan dan hamparan rawa. Dalam perjalanan melintasi kota-kota, kabupaten-kabupaten dan provinsi, ada satu Hal yang

Page 68 Pintu Gerbang Jalan Penuntut Ilmu

K os tempat kami tinggal memiliki 21 kamar. Bentuk bangunannya seperti huruf U. Di bagian tengahnya ada tanah lapang bebas dari bangunan. Kos kami hampir selalu penuh terisi oleh lelaki, anak muda. Sebagian besarnya anak kuliahan, dan hanya bebrapa orang saja yang telah bekerja. Setiap sore, kegiatan yang hampir  rutin aku dan anak-anak kos lakukan, bermain bola. Karena penghuninya banyak, dapat dibagi menjadi dua tim sepak bola. Kami bermain bola dengan seru, teriak sana teriak sini karena sangat semangat. Hanya adzan magrib yang jadi pertanda bahwa permaian pertandingan bola kami berakhir.  Hingga tibalah disuatu sore, waktu yang menjadi jalur masuknya jalan cerah. Permainan bola berakhir lebih cepat hari itu. Salah satu senior kos memanggilku, Ilmi Ayoo ikut. Kemana? Aku bertanya.  Ke masjid shalat magrib dan ada pengajian. Baik aku ikut Ka. Bergegas mandi, berganti baju dan naik di atas motor senior kos. Wuzzz… motor bebek senior kos melaju dengan kecepatan sedang, hingga samapaila